Scopus, ISI, DOAJ, Google Scholar, Portal Garuda, Pilih Mana? (bagian 1)
Nama Scopus menjadi sangat populer sekitar 10 tahun terakhir di kalangan peneliti dan dosen Indonesia. Ketika mencari conference pun, label dan janji bahwa accepted papers akan dimuat di Scopus menjadi pertimbangan yang sangat penting. Ada juga istilah jurnal ber-impact, kuartil dan DOAJ berlabel hijau yang menjadi salah satu pertimbangan bergengsi publikasi. Istilah-istilah ini sebetulnya berasal dari lembaga pengindeks jurnal.
Scopus, ISI, DOAJ, Google Scholar, Portal Garuda, Pilih Mana? (bagian 1) by Irfan Bahiuddin is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Based on a work at http://oursmartknots.blogspot.com/2018/11/scopus-isi-doaj-google-schoalr-portal.html.
Related Articles:
Scopus, ISI, DOAJ, Google Scholar, Portal Garuda, Pilih Mana? (bagian 2)
Memilih Jurnal Internasional: Tools, Journal Selection#1
Lihat Manuskrip Anda Dulu, Journal Selection#2
Memilih Jurnal yang Mana? Journal Selection#3
Begitu banyaknya lembaga pengindeks yang dijadikan rujukan oleh Menristekdikti terkadang menimbulkan kebingungan di kalangan para akademisi, baik yang pemula maupun tidak. Oleh karena itu, artikel singkat ini akan mengupas sedikit tentang perbedaan beberapa lembaga pengindeks yang sering digunakan oleh Menristekdikti.
Gambaran Umum
Diskusi kita merujuk ke gambar di bawah ini. Ada 5 lembaga indeks yang akan sering kita bicarakan, yaitu Scopus, Clarivate analytics atau Thomson Reuteurs, Google Scholar, Directory of Open Access Journal, dan Indonesian Publication Index (IPI). Secara umum, seluruh lembaga indeks tersebut mengandung makalah dari berbagai bahasa atau tidak dibatasi English.
Perbandingan beberapa lembaga pengindeks by Irfan Bahiuddin under CC licence |
Scopus dipunyai oleh publisher besar bernama Elsevier BV. Tetapi, jurnal-jurnal yang diindeks tidak dibatasi jurnal yang dipublikasikan oleh Elsevier saja. Koleksi indeks peer reviewed paper-nya bisa dikatakan adalah yang paling banyak meskipun umurnya relative lebih muda daripada web of science (sekarang dipunyai oleh Clarivate analytics). Paper yang diindeks tidak terbatas paper jurnal, tapi juga conference, buku, chapter buku dll.
Scopus mempunyai istilah 'Scientific Journal Rankings' atau SJR untuk mengindikasikan besarnya jumlah citasi dibandingkan dengan berbagai faktor. Secara umum, rankingnya bisa dilihat di website terpisah yang dikenal dengan Scimagojr. Setiap kategori punya ranking. Jika dibagi empat, setiap kategori punya 4 kuartil, yaitu kuartil 1, 2, 3 dan 4. Kuartil 1 mengindikasikan rangking-rangking tertinggi.
Konsep kuartil juga dipunyai oleh Web of Science/Clarivate Analytics. Ranking di web of science ditentukan oleh besarnya impact factor, yaitu semacam nilai untuk mengukur banyak citasi di suatu jurnal. Tidak semua jurnal yang diindeks oleh web of science mempunyai impact factor. Impact factor dan kuartil masing-masing jurnal bisa dilihat di sini. Biasanya, nama-nama jurnal yang diindeks oleh Web of Science yang mempunyai impact factor dianggap mempunyai kualitas yang lebih dibandingkan jurnal yang hanya diindeks Scopus. Walau tidak selalu benar, banyak kasus yang mengindikasikan bahwa ada beberapa nama jurnal yang diindeks oleh Scopus tapi dianggap sebagai predator oleh Menristekdikti atau web site beallslist. Sedangkan, jarang jurnal ber-impact factor yang diindaksikan sebagai predator jurnal.
Sementara kita cukupkan bicara tentang Scopus dan Clarivate Analytics. Kita coba melihat platform indexing yang paling murah (tidak berbayar) dan bisa diakses siapa saja, yaitu Google Scholar. Selain gratis, keunggulan dari Google Scholar adalah cakupan artikel yang sangat luas. Hampir semua artikel yang diindeks oleh Scopus, Clarivate Analytics, DOAJ, dan IPI juga diindeks oleh Google Scholar. Patent pun juga bisa diindeks. Bagi penulis, Google Scholar bisa menjadi alat yang sangat powerful untuk research jika bisa menggunakannya dengan baik. Profil scholar seorang peneliti pun sering dijadikan sebagai rujukan reputasi. Kekurangannya adalah banyaknya artikel yang tidak peer-reviewed (direview terlebih dahulu oleh expert di bidang yang sama sebelum publish). Sehingga, jurnal-jurnal predator pun bisa masuk index nya.
DOAJ adalah lembaga indeks lain yang cukup unik. DOAJ ingin membudayakan pengetahuan yang gratis untuk semua orang sehingga dia hanya mau menerima lembaga pengindeks yang open access. Walau dulu sempat diragukan kualitas makalah-makalahnya, DOAJ melakukan pembenahan dengan memberlakukan kriteria yang lebih ketat agar paper dapat diindeks oleh mereka sekitar 5 tahun terakhir. Generasi jurnal yang diindeks dengan kriteria yang lebih ketat dikenal dengan green ticked journal.
Yang terakhir adalah Indonesian Publication Index (IPI) atau dulu dikenal sebagai portal garuda. Awalnya, lembaga index ini dijalankan oleh lembaga swasta. Setelah merasakan pentingnya lembaga indeks nasional, Menristekdikti mengambil alih lembaga ini. Semua jurnal nasional yang terakreditasi oleh kementrian dapat dicantumkan di sini. Lembaga ini akan terus dan masih terus belajar untuk menjadi semakin baik.
Jika ada kesalahan atau tambahan silahkan komentar di kolom komentar atau kontak melalui email saya. Terima kasih.
Jika ada kesalahan atau tambahan silahkan komentar di kolom komentar atau kontak melalui email saya. Terima kasih.
Based on a work at http://oursmartknots.blogspot.com/2018/11/scopus-isi-doaj-google-schoalr-portal.html.
Related Articles:
Scopus, ISI, DOAJ, Google Scholar, Portal Garuda, Pilih Mana? (bagian 2)
Memilih Jurnal Internasional: Tools, Journal Selection#1
Lihat Manuskrip Anda Dulu, Journal Selection#2
Memilih Jurnal yang Mana? Journal Selection#3
Comments
Post a Comment