Pengalaman Belajar Menulis dan Memodelkan selama S2 di UTM

UTM-LOGO-FULL
Idiana [CC BY-SA 4.0], from Wikimedia Commons
Alhamdulillah, sudah diberi kesempatan belajar di Malaysia, di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), yang bisa dibilang sebagai ITB-nya Malaysia.

Lain ladang lain belalang, lain kolam lain ikannya.

Masyarakat malaysia punya kultur yang khas yang tidak saya dapati di indonesia. Dari sekian perbedaan, salah satunya adalah kultur menulis paper di universitas. Lebih-lebih saya mengambil program dengan basis riset.

Walaupun dengan tantangan berupa harus hidup jauh dari istri yang baru dinikahi setahun. Dengan menahan rindu yang harus ditahan karena harus menjaga amanah beasiswa. Alhamdulillah, sudah berhasil membuat satu paper yang dibuat dengan susah payah setelah melakukan modelling yang telah dianalisis dan merupakan hasil baca berbulan-bulan, berpuluh-puluh sampai ratusan paper.


Tips Menulis

Dari sependek pengalaman yang didapat, ada beberapa tips awal menulis yang saya dapatkan, diantaranya seperti di bawah ini.

  1. Baca sebanyak-banyaknya tulisan yang relevan dengan topik riset, mulai dari yang general, seperti buku, review paper, lalu ke yang khusus seperti research paper
  2. Lalu bisa dipilah mana yang paling relevan dari sekian bacaan tersebut.
  3. Start menulis dengan membuat kerangka dengan menentukan urutan ide utama dari setiap paragraph. Pastikan kerangkanya funelling atau berbentuk corong, dari umum ke khusus. Ketika pertama kalinya menulis paper, saya sudah berbuat salah di awal, membuat tulisan cukup banyak, tapi harus dirombak ulang karena ternyata belum punya struktur funneling
  4. pastikan penomoran revisinya betul. Tidak jarang saya menumpuk revisi lama dengan revisi baru ketika lupa memberi nomor revisi. 
Di lab saya S1, penomoran revisi punya standar, yaitu A1 untuk yang belum final dengan koreksian dari sendiri. Jika koreksian berasal dari supervisor atau pembimbing dan sudah mendapat persetujuan sebagai draft pertama maka revisinya berubah menjadi B. Jika final dan sudah siap di-submit berubah menjadi rev 0. dan jika ada koreksi setelah sidang berubah menjadi rev 1, tapi, kadang cara tersebut bagai orang tertentu ribet. silahkan disimpelkan menurut caranya masing-masing.

Tips tentang pemodelan


Kebetulan, tugas akhir S1 dan thesis S2 saya adalah sama, yaitu  tentang pemodelan. Asumsi saya dulu, pemodelan itu lebih valid kalau ada validasi dari eksperimen yang kita lakukan sendiri. Ternyata, tidak selalu seperti itu. Validasi model bisa dengan berbagai cara seperti point di bawah ini.

1. experiment kita sendiri,

Cara yang paling valid adalah dengan experiment. Jadi buat modelnya, lalu bandingkan dengan eksperimen yang kita punya. Kelompokkan parameter yang fix, yang ada di data sheet di instrument atau design di experiment. dan juga kelompokkan parameter yang bisa dituning, misalnya parameter yang tidak diketahui,tidak bisa diukur, atau tidak tercantum di spesifikasi manufaktur. Setelah itu tinggal validasi.

2. experiment orang lain,

Nah, ini yang memang baru saya tahu ketika master. Ternyata kita bisa memvalidasi dengan hasil eksperimen orang lain, terutama yang dimuat di dalam jurnal yang kredibel. Lalu bagaimana cara untuk mengutip? Bisa dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan cara meminta raw data ke pengarang. Nah dengan cara ini, jika beruntung akan dapat balasan dari author nya. Peneliti yang baik tentu akan memberikan data kepada orang lain asalkan mensitasi paper dia. Cara yang lebih baik lagi adalah kita menawarkan kolaborasi dengan pengarang tersebut. Tapi, yang kadang kala terjadi, kita tidak dapat balasan apa pun dari penulisnya, atau bahkan ditanya 'apa yang ingin kamu lakukan dengan dataku' penuh dengan kecurigaan.

Terkait raw data ini, perlu dicek juga, di siapakah raw data copyright tersebut. Copyright raw data ada yang dipunyai oleh publisher, terutama jika raw data disubmit bersama dengan jurnalnya atau dipublish dengan sumber DOI yang berbeda. Jenis copyright yang terakhir ini biasanya datanya dibuat open access sehingga data bisa di download dengan mudah dan bisa digunakan dengan syarat mensitasi sumber terkait. Tetapi, sering kali, publisher hanya punya copyright dari gambar (figures), bukan raw data. Jika ternya demikian, cara yang terakhir adalah dengan cara mengekstrak data secara manual dari gambar yang tersedia di sebuah paper. Nah cara mengekstrak data ada beberapa cara, yaitu,

  1. dengan grabit, suatu program yang dibuat di Matlab, sehingga kita bisa mengalibrasi axis x dan y dan membuat titik di sepanjang garis, lalu kita bisa menyimpan hasil draft kita.
  2. grafik webplotdigitizer, suatu program aplikasi yang bisa jalan di windows, dan yang lebih menyenangkan adalah program ini free ware, sehingga ya moga-moga barokah. Satu lagi, program bisa diset manual dan otomatis. Dengan sentuhan photoshop sedikit, kita bisa mengerjakan dengan mudah. Dia mempunyai tool seperti color selector dan itulah yang dibuat grafik. Tapi sayang, peralatan ini hanya bisa dibuat untuk yang berwarna saja. Untuk grafik yang tidak berwarna atau hanya hitam putih, ya siap2 untuk membuat titik satu per satu. Saya merekomendasikan yang terakhir ini.

3.  model yang lebih komprehensif dan teliti.

Ternyata kita bisa memvalidasi dengan model yang lebih lengkap dan lebih komplit dari pada model yang kita ajukan. Biasanya 1D model dibandingkan dengan 3D model, atau control oriented model dibandingkan dengan 3D model. Atau model yang linier dibandingkan dengan model non linier.

Bisa juga dengan menggunakan pembuktian yang sudah dilakukan oleh orang lain, misalnya model non linier untuk membuktikan bahwa sistemnya stabil bisa dengan menggunakan uji lyapunov.

Tulisan berasal dari tulisan lama saya di sini pada tahun 2015 dengan sedikit perbaikan

Comments